Sunday, March 10, 2013

PERAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI


Sebagai entitas yang terlibat dalam budaya dan peradaban, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan mendasar di era globalisasi. Ada banyak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dinikmati oleh umat manusia. Namun sebaliknya, kemajuan ini juga seiring dengan kesengsaraan manusia dari banyak anak, terutama di era globalisasi. Pendidikan telah menjadi komoditas yang semakin menarik. Sebuah fenomena menarik dalam hal pembiayaan sekolah pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan sebuah kompleks perumahan elit. Nasional plus sekolah di kota besar di Indonesia dimiliki oleh jaringan pengusaha nasional dan multinasional yang didirikan dengan mengandalkan adopsi kurikulum asing dan staf pengajar. 

Otonomi pendidikan tinggi berimplikasi pada hak dan kewajiban perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur manajemen mereka sendiri termasuk mencari sumber-sumber baru pendapatan untuk menghidupi diri sendiri. Konsekuensi logis dari otonomi kampus, kali ini sebagai universitas bersaing untuk membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan mahasiswa baru untuk membawa dana. Perdebatan antara anti-otonomi dan pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai titik temu. Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta menjadi kabur dan kompetisi antar sekolah akan lebih menarik. Sebuah akibat langsung dari privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status sosial ekonomi. Atau, jika fenomena ini sudah terjadi di beberapa kota, pemisahan antara siswa dari keluarga kaya dan miskin akan lebih jelas dan tegas. 

Siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya yang semakin mencekik, sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin) Sementara itu, siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapatkan iuran pendidikan memadai dari siswa, sekolah-sekolah juga akan memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk lebih mengubah diri dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian, sekolah yang ada baik akan menjadi (atau memiliki kesempatan) untuk mendapatkan yang lebih baik. Sebaliknya, sekolah miskin akan semakin terperosok dalam kebangkrutan.

Dalam dinamika globalisasi, anak-anak bangsa yang tersebar di berbagai sekolah yang bervariasi sesuai dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil untuk semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sampai saat ini, tampaknya ada peningkatan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Pertanyaan utama muncul: Di mana pendidikan di Indonesia?

Pendidikan yang dimaksud sebagai bangsa mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depan dan membuat bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa di dunia. Masa depan permintaan yang semakin berkembang untuk pendidikan selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Namun, pendidikan masih budak ke sistem politik sekarang telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada di jalur yang benar. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu untuk mendapatkan anak-anak untuk memahami keberadaan bangsa dalam hal keberadaan negara-negara lain dan semua masalah dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya bangunan {negara] dan {nation building] melainkan juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan strategis dan visioner dan tidak terjebak untuk tindakan instrumental dan teknis seperti UAN / UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten harus difasilitasi untuk mengembangkan masyarakat berbasis pendidikan, tetapi berkualitas tinggi. Berbasis masyarakat pendidikan diharapkan menjadi persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengidentifikasi masalah dan sumber daya dalam masyarakat dan terus mencari upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. 

Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki semangat kewirausahaan. Tapi tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja tersebut. Kenyataan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki semangat kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam keadaan ini, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga dapat bertindak sebagai pencipta kerja. Keduanya membutuhkan semangat kewirausahaan. Oleh karena itu, agar universitas dapat memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan termasuk inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaan. Sementara beberapa orang yang memiliki semangat kewirausahaan, umumnya karena berasal dari bisnis keluarga atau perdagangan. Bahkan menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Proses pembelajaran yang merupakan bisnis berbasis teknologi inkubator ini dirancang sebagai usaha untuk mensinergikan teori (20%) dan praktek (80%) dari berbagai bidang kompetensi yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan & teknologi industri. Inkubator bisnis digunakan sebagai pusat belajar dengan suasana bisnis yang kondusif yang didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai. 

Tujuan dari kegiatan inovasi penerapan teknologi berbasis inkubator bisnis adalah untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi siswa sebagai peserta didik. Sedangkan manfaat untuk pencapaian misi lembaga adalah lembaga dalam membangun generasi technopreneurship dan relevansi pendidikan meningkat untuk industri. Sedangkan manfaat bagi mitra adalah terjalinnya kerja sama bisnis dan pendidikan. Kerjasama ini dikembangkan dalam bentuk bisnis riil produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang cukup tinggi. Proses globalisasi yang terjadi hari ini, menuntut perubahan di Indonesia dari ekonomi berbasis sumber daya pengetahuan berbasis. Yang mengandalkan berbasis sumber daya kekayaan dan keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai tambah kecil. Salah satu kunci penciptaan ekonomi berbasis pengetahuan adalah adanya pengusaha teknologi atau disingkat techno-preneur yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi. Hightech business merupakan contoh klasik bisnis yang dirintis oleh technopreneurs. 

Teknologi dunia bisnis saat ini didominasi oleh sektor teknologi informasi, bioteknologi dan material baru serta berbagai pengembangan usaha yang berbasis pada inovasi teknologi. Bisnis teknologi dikembangkan dengan adanya sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis, universitas dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, dan perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan. 

Jumlah berbasis teknologi usaha kecil dan menengah (UKMT) di Indonesia berkembang pesat. Peningkatan tren lebih didorong oleh terbatasnya kesempatan kerja di industri-industri besar karena pengaruh krisis ekonomi dan mulai munculnya technopreneurship di kalangan lulusan pendidikan tinggi teknik. Dalam era globalisasi, persaingan semakin ketat, sehingga kebijakan yang diperlukan dan kegiatan yang secara langsung dapat meningkatkan daya saing UKMT di kemudian hari. Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam mengembangkan usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan modal yang terbatas. Selain itu, bagi pengusaha, masalah ini akan terlihat lebih besar dan menjadi kendala cukup besar dalam mengembangkan bisnis. 
Sampai saat ini belum banyak lembaga publik dan swasta yang dapat memberikan dukungan langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha. Jadi sangat dibutuhkan sebuah wadah yang dapat memberikan dukungan langsung berupa fasilitas yang dapat membantu pengusaha pemula UKMT khususnya membantu dalam melaksanakan dan mengembangkan bisnisnya. Dalam rangka berpartisipasi langsung membantu dan mendukung kegiatan pengusaha UKMT kegiatan tertentu, dipandang sangat diperlukan untuk dapat membangun suatu wadah yang memiliki fasilitas yang secara langsung dapat mendukung kegiatan operasional, promosi, pemasaran, konsultasi teknologi produksi, investasi dan modal . Mengingat fasilitas tersebut, diharapkan UKMT khususnya pengusaha di Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya lebih cepat dan terarah. Melihat ke masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki cinta pembelajaran dan terapi kesehatan mental bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi untuk masalah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Hal ini juga dapat menjadi ajang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal di tengah persaingan global. mulai dengan diri sendiri untuk melakukan sesuatu guna menciptakan pendidikan kita dan kualitas bisa lebih baik, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga masyarakat Indonesia. 

No comments:

Post a Comment