Sunday, March 10, 2013


PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR


Tawuran antar pelajar selalu menjadi agenda perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan dianggap perkara yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar pelajar akan membawa dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat, namun juga untuk keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk mererainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena senjata yang biasa dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil?
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor, beberapa contoh di antaranya, yaitu:
Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh permasalahan tawuran antar pelajar, kita bisa mengkaji terlebih dahulu mengenai penyebab tawuran antar pelajar dari tiga poin diatas.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan yang Berlebihan
Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masing-masing individu pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan harus segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah.
Ini dapat menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi ketergantungan dan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri.
Tawuran antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lainKadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama.
Contohnya, sebut saja sekolah A dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi.
Dalam permasalahan tawuran antar pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu adanya pendekatan khusus, yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut. Peranan sekolah dan guru memegang peranan penting.
Ironisnya, sebuah pertandingan persahabatan. Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah permusuhan dan perkelahian. Hal ini akhirnya menuntut kecerdasan dan ketelitian pihak penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme
Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata “preman” adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya bukan intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dll.
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar diri pelajar adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam. Beberapa contohnya adalah:
Tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita yang menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat mempengaruhi psikis remaja.
Kekerasan yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya individu pelajar saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang terjadi pada satu anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis individu. Hal ini yang akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
Acara awal tahun, orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh senior untuk ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Dari ketiga faktor penyebab tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan atau solusi yang terbaik seperti apa dan bagaimana melakukan proses penyelesaiannya. Walaupun permasalahan tawuran antar pelajar memang bukan hal sepele yang bisa langsung diselesaikan, namun diperlukan adanya proses berkelanjutan, kesadaran dan kerja sama dengan semua pihak, bukan hanya sekolah, orangtua, masyarakat dan penegak hukum, tapi juga kesadaran pemahaman pelajar sebagai seorang individu, sebagai generasi muda yang penuh dengan tanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu: “Pemahaman” bagaimana seorang pelajar disaat sedang mengalami pencarian identitas, cenderung sangat mudah labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya tawuran antar pelajar terjadi.Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran antar pelajar terjadi, misalkan dengan:
Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif.
Memberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan mengenali serta memberikan solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami emosi.
Sikap optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu ditumbuhkan kembali, sehingga suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita atau kabar mengenai kejadian tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada kita bangsa Indonesia dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang produktif, kritis, mampu menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa kompetisi pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Sudah saatnya generasi muda membuktikan potensi dalam dirinya, dan sudah menjadi tugas kewajiban orang tua, sekolah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk penyelewengan pelajar, terutama permasalahan yang membuat was-was menjadi sebuah tindakan kriminal, tawuran antar pelajar.

PERAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI


Sebagai entitas yang terlibat dalam budaya dan peradaban, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan mendasar di era globalisasi. Ada banyak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dinikmati oleh umat manusia. Namun sebaliknya, kemajuan ini juga seiring dengan kesengsaraan manusia dari banyak anak, terutama di era globalisasi. Pendidikan telah menjadi komoditas yang semakin menarik. Sebuah fenomena menarik dalam hal pembiayaan sekolah pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan sebuah kompleks perumahan elit. Nasional plus sekolah di kota besar di Indonesia dimiliki oleh jaringan pengusaha nasional dan multinasional yang didirikan dengan mengandalkan adopsi kurikulum asing dan staf pengajar. 

Otonomi pendidikan tinggi berimplikasi pada hak dan kewajiban perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur manajemen mereka sendiri termasuk mencari sumber-sumber baru pendapatan untuk menghidupi diri sendiri. Konsekuensi logis dari otonomi kampus, kali ini sebagai universitas bersaing untuk membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan mahasiswa baru untuk membawa dana. Perdebatan antara anti-otonomi dan pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai titik temu. Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta menjadi kabur dan kompetisi antar sekolah akan lebih menarik. Sebuah akibat langsung dari privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status sosial ekonomi. Atau, jika fenomena ini sudah terjadi di beberapa kota, pemisahan antara siswa dari keluarga kaya dan miskin akan lebih jelas dan tegas. 

Siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya yang semakin mencekik, sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin) Sementara itu, siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapatkan iuran pendidikan memadai dari siswa, sekolah-sekolah juga akan memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk lebih mengubah diri dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian, sekolah yang ada baik akan menjadi (atau memiliki kesempatan) untuk mendapatkan yang lebih baik. Sebaliknya, sekolah miskin akan semakin terperosok dalam kebangkrutan.

Dalam dinamika globalisasi, anak-anak bangsa yang tersebar di berbagai sekolah yang bervariasi sesuai dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil untuk semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sampai saat ini, tampaknya ada peningkatan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Pertanyaan utama muncul: Di mana pendidikan di Indonesia?

Pendidikan yang dimaksud sebagai bangsa mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depan dan membuat bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa di dunia. Masa depan permintaan yang semakin berkembang untuk pendidikan selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Namun, pendidikan masih budak ke sistem politik sekarang telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada di jalur yang benar. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu untuk mendapatkan anak-anak untuk memahami keberadaan bangsa dalam hal keberadaan negara-negara lain dan semua masalah dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya bangunan {negara] dan {nation building] melainkan juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan strategis dan visioner dan tidak terjebak untuk tindakan instrumental dan teknis seperti UAN / UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten harus difasilitasi untuk mengembangkan masyarakat berbasis pendidikan, tetapi berkualitas tinggi. Berbasis masyarakat pendidikan diharapkan menjadi persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengidentifikasi masalah dan sumber daya dalam masyarakat dan terus mencari upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. 

Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki semangat kewirausahaan. Tapi tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja tersebut. Kenyataan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki semangat kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam keadaan ini, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga dapat bertindak sebagai pencipta kerja. Keduanya membutuhkan semangat kewirausahaan. Oleh karena itu, agar universitas dapat memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan termasuk inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaan. Sementara beberapa orang yang memiliki semangat kewirausahaan, umumnya karena berasal dari bisnis keluarga atau perdagangan. Bahkan menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Proses pembelajaran yang merupakan bisnis berbasis teknologi inkubator ini dirancang sebagai usaha untuk mensinergikan teori (20%) dan praktek (80%) dari berbagai bidang kompetensi yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan & teknologi industri. Inkubator bisnis digunakan sebagai pusat belajar dengan suasana bisnis yang kondusif yang didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai. 

Tujuan dari kegiatan inovasi penerapan teknologi berbasis inkubator bisnis adalah untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi siswa sebagai peserta didik. Sedangkan manfaat untuk pencapaian misi lembaga adalah lembaga dalam membangun generasi technopreneurship dan relevansi pendidikan meningkat untuk industri. Sedangkan manfaat bagi mitra adalah terjalinnya kerja sama bisnis dan pendidikan. Kerjasama ini dikembangkan dalam bentuk bisnis riil produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang cukup tinggi. Proses globalisasi yang terjadi hari ini, menuntut perubahan di Indonesia dari ekonomi berbasis sumber daya pengetahuan berbasis. Yang mengandalkan berbasis sumber daya kekayaan dan keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai tambah kecil. Salah satu kunci penciptaan ekonomi berbasis pengetahuan adalah adanya pengusaha teknologi atau disingkat techno-preneur yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi. Hightech business merupakan contoh klasik bisnis yang dirintis oleh technopreneurs. 

Teknologi dunia bisnis saat ini didominasi oleh sektor teknologi informasi, bioteknologi dan material baru serta berbagai pengembangan usaha yang berbasis pada inovasi teknologi. Bisnis teknologi dikembangkan dengan adanya sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis, universitas dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, dan perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan. 

Jumlah berbasis teknologi usaha kecil dan menengah (UKMT) di Indonesia berkembang pesat. Peningkatan tren lebih didorong oleh terbatasnya kesempatan kerja di industri-industri besar karena pengaruh krisis ekonomi dan mulai munculnya technopreneurship di kalangan lulusan pendidikan tinggi teknik. Dalam era globalisasi, persaingan semakin ketat, sehingga kebijakan yang diperlukan dan kegiatan yang secara langsung dapat meningkatkan daya saing UKMT di kemudian hari. Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam mengembangkan usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan modal yang terbatas. Selain itu, bagi pengusaha, masalah ini akan terlihat lebih besar dan menjadi kendala cukup besar dalam mengembangkan bisnis. 
Sampai saat ini belum banyak lembaga publik dan swasta yang dapat memberikan dukungan langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha. Jadi sangat dibutuhkan sebuah wadah yang dapat memberikan dukungan langsung berupa fasilitas yang dapat membantu pengusaha pemula UKMT khususnya membantu dalam melaksanakan dan mengembangkan bisnisnya. Dalam rangka berpartisipasi langsung membantu dan mendukung kegiatan pengusaha UKMT kegiatan tertentu, dipandang sangat diperlukan untuk dapat membangun suatu wadah yang memiliki fasilitas yang secara langsung dapat mendukung kegiatan operasional, promosi, pemasaran, konsultasi teknologi produksi, investasi dan modal . Mengingat fasilitas tersebut, diharapkan UKMT khususnya pengusaha di Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya lebih cepat dan terarah. Melihat ke masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki cinta pembelajaran dan terapi kesehatan mental bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi untuk masalah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Hal ini juga dapat menjadi ajang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal di tengah persaingan global. mulai dengan diri sendiri untuk melakukan sesuatu guna menciptakan pendidikan kita dan kualitas bisa lebih baik, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga masyarakat Indonesia.